air mengalir pecah-pecah
gemercik menembus ke luka tanah yang
kian meradang
harga diri telah lama jatuh dan hanyut
bersama limbah-limbah peradaban.
di tepi sungai kawanan itik berebut sam-
pah-sampah kematian.
ketika angin terima janji-janji racun birahi.
“Bersucilah, pada sisa-sisa kesejatian!”
ajaib!
mata air jernih
seketika berkuasa mengikis angkara
sampai jauh ke ujung harapan
dahaga suka citapun terobati
di gunung
di lembah
di hutan
di sungai
dan di ladang jiwa
“Berenang bebas ke mana suka!”
arus air mengantar sejarah ke masa depan.
(ternyata di alam ini ada juga sumber kebijak-
sanaan, meski hari yang berganti pagi masih
terkunci dalam mimpi).
2003.
Tinggalkan komentar